Baubau, Kabarakati Newa – Awal Maret, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Betoambari Baubau, mengingatkan cuaca ekstrem yang mulai nampak terlihat melalui radar satelit.
Kepala BMKG Stasiun Betoambari Baubau Hadi Setiawan STr.Met mengatakan, angin kencang yang terjadi pada 8 Februari 2025 lalu dan menimbulkan beberapa peristiwa akibat tumbangnya belasan pohon, berpotensi akan terulang.
“Secara persentase 60-70% angin seperti kemarin terjadi kembali, sebetulnya 50%, cuman saya naikan ke 70% untuk jaga-jaga agar masyarakat waspada. Angin yang lalu itu memang sampai 34Knot (70 km/jam). Sedangkan sesuai prakiraan, (angin) ini hanya belasan knot, di hari ini sudah kelihatan,” kata Hadi Setiawan saat ditemui Kamis, 6 Maret 2025.
Diungkapkan, kondisi ini terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia, dan pihak BMKG pusat juga sudah mengeluarkan warning atas cuaca yang tidak stabil, terutama pada Pula Jawa, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi, termasuk Sulawesi Tenggara khususnya Kota Baubau.
“BMKG Pusat sudah warning, cuaca ekstrim ini berlangsung untuk beberapa hari ke depan,” ungkapnya.
Dijelaskan, penyebab terjadinya cuaca tersebut akibat beberapa dinamika atmosfer. Dimana terdapat gelombang ekuator yang menyebabkan tekanan rendah, juga adanya aktifitas gelombang kelvin yang mengakibatkan curah hujan disertai pola angin barat dan timur, yang dapat bergerak mengelilingi daerah tropis selama sebulan.
“Itu mempengaruhi pertumbuhan awan hujan, daerah-daerah yang dilewati awan hujannya akan lebih aktif dan lebih ekstrim. Jika terjadi hujan, maka curah hujannya akan lebih banyak dan lebih panjang, diikuti dampak lain berupa angin kencang dan petir. Hampir seluruh wilayah Indonesia akan seperti itu,” jelasnya.
Dilanjutkan, berdasarkan prakiraan awal, cuaca tersebut akan berlangsung hingga April bahkan Mei mendatang. Ini adalah siklus yang kerap terjadi tiap tahun di Kepulauan Buton, yang hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau.
“Di Baubau itu kan kemarin prediksinya musim hujan dari November (2024) sampai nanti Mei (2025), jadi biasanya di April sudah mulai menurun. Trendnya di sini (Baubau) masa-masa transisinya (musim hujan ke kemarau, red.) itu di Mei-Juni,” ujarnya.
Ditambahkan, melalui gambar yang diperlihatkan oleh radar prakiraan, saat ini arah angin dari sisi Barat dan Timur, berpusat menuju Pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Tenggara. Sehingga menyebabkan konvergensi pertemuan dua arah angin, dan berakibat pertumbuhan awan hujan lebih signifikan.
“Baubau apa lagi, ini bisa terjadi hingga tiga sampai empat hari kedepan,” tutupnya.
Laporan: La Ode Adrian Dwi Putra