Penulis : Adrowan E.D *)
DI PENGHUJUNG HARI, pada bulan Sya’ban sholawat Tahrim memenuhi bumantara. Seakan mengantar sandhya dikara yang ada di ufuk Barat, pada cakrawala yang timira. ***
Telah terlihat hilal Ramadhan tanda awal masuknya bulan baru dalam penanggalan Hijria. Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam.
Ramadhan adalah bulan ke sembilan dalam kalender Hijriah, revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit).
Praktik budaya dan tradisi menyambut bulan suci Ramadhan disetiap daerah berbeda-beda, begitu juga di daerah jazirah kepulaun Buton.
Masyarakat Kesultanan Buton saat memasuki dan menetapkan awal puasa bulan suci Ramadhan, mengenalnya dengan sebutan “Tembana Bula” (menembak bulan), pada masa Kesultanan Buton tembana bula dilakukan dengan cara menembakan meriam, sedangakan di era modern saat ini dilakukan dengan membunyikan sirine.
Ibadah puasa di bulan Ramadhan tidak hanya ibadah yang memerlukan peran fisik, tetapi juga memerlukan kesehatan batin. Setiap tahun umat islam menantikan datangnya bulan suci Ramadhan ibadah kebaikan yang pahalanya dilipat gandakan Allah SWT.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إإِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipat gandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR Muslim)
Masyarakat Buton memuliakan bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan ritual sebagai bentuk ketakwaan dan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulnya.
Bagaimana puasa di bulan Ramadhan dapat meningkatkan ketakwaan seorang hamba, di sebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 183:
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu bepuasa sebagaimana di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Setiap malam ke-16 bulan Ramadhan ritual “Qunua” dilaksanakan oleh warga setempat yang di mulai pukul 00.00 wita hingga menjelang sahur.
Pada masjid agung Keraton Buton perangkat masjid akan duduk bersama masyarakat untuk memanjatkan doa. Setelah melaksanakan shalat tarwih dilanjutkan dengan pelaksanaan sahur bersama yang diawali dengan pembacaan doa oleh seorang ‘moji` (perangkat masjid).
Kebiasaan acara ritual keagamaan ini telah berlangsung turun temurun sejak Agama Islam masuk ke Pulau Buton pada abad XIII Masehi.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Keutamaan bulan Ramadhan yang paling dinanti adalah malam Lailatulqadar (malam ketetapan).
Masyarakat Wolio menyebutnya “Malona Qodiri” yaitu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qadr ayat 3-5:
“Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahtera (malam itu) sampai terbit fajar.”
Berlangsungnya malam ini tidak di ketahui secara pasti tetapi menurut beberapa riwayat, malam ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, tepatnya pada salah satu malam ganjil yakni malam ke-21, 23, 25, 27 atau ke-29.
Menjalankan ibadah puasa merupakan salah-satu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Masyarakat Buton masih menjunjung tinggi nilai-nila ini.
*) Penulis adalah Jurnalis Kota Baubau